
Elangnews.com, Naypyitaw – Junta militer Myanmar menginstruksikan kepolisian setempat agar melawan gerakan demonstrasi dan aksi penolakan masyarakat atas kudeta pemerintahan. Dewan militer yang berkuasa di Myanmar, menegaskan betapa pentingnya polisi dan tentara melakukan tugas mereka.
Meskipun perintah tersebut adalah komando, tetapi tidak semua polisi Myanmar mematuhinya. Sebanyak 19 polisi Myanmar memilik menolak perintah tersebut dan mengungsi ke India.
Mereka melarikan diri ke daerah Champhai dan Serchhip, dua distrik India yang berbatasan dengan Myanmar. “Kami mengharapkan lebih banyak yang akan datang,” laporan intelijen, dikutip dari Reuters, (5/3).
Para polisi tersebut memilih kabur, agar tidak mendapat penyiksaan dari pihak junta militer. Karena sebelumnya, ada polisi yang menolak perintah untuk mengamankan pendemo. Lalu polisi tersebut bergabung dengan gerakan penolakan kudeta.
Tak berapa lama polisi tersebut justru ditangkap. “Polisi menyeberang karena takut akan penganiayaan karena tidak mematuhi perintah. Mereka tidak ingin menerima perintah melawan gerakan pembangkangan sipil,” kata sumber Reuters.
Dari 19, tiga polisi Myanmar melewati perbatasan dekat kota Vanlaiphai Utara di distrik Serchhip pada Rabu sore. “Pihak berwenang di sana sedang memeriksa kesehatan mereka,” kata seorang pejabat polisi lainnya.
India sendiri telah menjadi tempat bagi ribuan pengungsi dari Myanmar, termasuk orang-orang etnis Chin dan Rohingya yang melarikan diri dari negara Asia Tenggara itu selama kekerasan sebelumnya.
Seorang pemimpin komunitas Chin di New Delhi mengatakan, jarang terjadi polisi melarikan diri ke India. “Ini adalah sesuatu yang tidak biasa,” kata James Fanai, presiden Komite Pengungsi Chin yang berbasis di India. “Karena dulu, polisi dan militer hanya mengikuti perintah.”
(tup/red)