
Elangnews.com, Naypyidaw – Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk ASEAN, Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi gerilya mengunjungi negara-negara di kawasan. Retno melakukan kasak-kusuk diplomasi mengenai sikap ASEAN atas konflik kudeta Myanmar.
Hampir semua pimpinan negara kawasan ASEAN didatangi Retno. Mulai dari bertemu Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin, ke Brunei Darussalam, Singapura, hingga Thailand. Bahkan tadinya, Retno dijadwalkan akan menyambangi Myanmar di tengah konflik yang masih memanas.
Retno akan berangkat dari Bangkok Thailand, menuju Myanmar. Belakangan rencana kunjungan tersebut batal, setelah bocor ke media. Ditambah lagi, kunjungan Retno mendapat penolakan keras dari gerakan masyarakat prodemokrasi.
“Melihat berbagai perkembangan yang ada saat ini dan setelah berkonsultasi dengan sejumlah negara ASEAN lainnya, saat ini bukan merupakan waktu yang tepat (Menteri Retno) untuk melakukan kunjungan ke Myanmar,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah, kemarin (24/02).
Belum diketahui tadinya siapa yang akan ditemui Retno di Myanmar. Hanya saja pertemuan direncanakan akan berlangsung di ibu kota Naypyidaw. Waktu pertemuan pun dijadwalkan cukup singkat, hanya beberapa jam. Setelah itu Retno meninggalkan Myanmar.
Skenario ini berubah. Menteri luar negeri Myanmar yang akhirnya menemui Retno di Bangkok. Berdasarkan sumber BBC, penolakan kedatangan Retno karena, posisi dan tujuan Indonesia yang tidak jelas dalam konflik kudeta Myanmar sejak awal.
Bahkan, beberapa pihak menduga, Indonesia menggalang aspirasi negara-negara ASEAN untuk mendukung adanya pemilihan ulang di Myanmar. Itu artinya, kemenangan Presiden Myanmar Win Myint, Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Pemilu November 2020 lalu, tidak sah.
Belum lagi, jika Pemilu ulang dilakukan, maka persiapannya akan dilakukan junta militer. Hal ini berpotensi Win Myint kalah dan dikudeta secara konstitusi.
Akibatnya, masyarakat pro demokrasi tersulut amarah. Ramai-ramai warga melakukan demonstrasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon, Myanmar.
Para penentang kudeta telah menggelar demonstrasi selama berhari-hari di kota-kota di seluruh Myanmar dan tiga pengunjuk rasa dan satu polisi tewas dalam kekerasan.
Manuver Retno ini dianggap sebagian pihak terlalu berlebihan. Sebaliknya, mereka bertanya-tanya, kepentingan Retno di balik safarinya ke pejabat tinggi di kawasan.
Menurut Retno, kesejahteraan rakyat Myanmar adalah prioritas nomor satu. “Kami meminta semua orang untuk menahan diri dan tidak melakukan kekerasan, untuk menghindari korban dan pertumpahan darah,” kata Retno kepada awak media, di Bangkok.
Retno mengklaim, bahwa sikap Indonesia netral. Dia sudah melakukan komunikasi “intensif” dengan kedua belah pihak, termasuk anggota parlemen yang digulingkan dari parlemen, yang dikenal sebagai Pyidaungsu Hluttaw.
(tup/red)